Perkenalkan namaku Tia, anak pertama dari dua bersaudara.
Aku lahir dari keluarga yang berkecukupan. Pergi sekolah, pulang, lalu pergi
mengajar TPA. Itulah kegiatan ku sehari-hari.
Sekarang aku sudah beranjak kelas 3 SMK di sekolah yang memang
aku inginkan. Kegiatan sekolah yang mulai padat dikarenakan aku akan menjalani
ujian kelulusan, membuatku meninggalkan kegiatan ku mengajar TPA. Berangkat
pukul 7.00 pagi dan ditambah tutor sehingga membuat aku pulang pukul 5.00 sore.
Beberapa bulan kemudian, hari kelulusan pun tiba. Memang
nilaiku tak seberapa. Tapi aku puas dengan hasil yang aku peroleh. Sama dengan
teman-teman yang lain tentu saja aku sangat ingin melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi.
Ayah dan Ibu tentu sangat mendukung aku melanjutkan
pendidikan. Ayah telah menyiapkan tabungan untukku guna mendaftar ataupun
membayar semesteran saat masuk ke
Universitas nanti. Suatu malam, ibu mendapat telpon dari Ayah. Ayah mengabarkan bahwa Ayah dan rekannya mengalami
kecelakaan. Tapi Alhamdulillah ayah ku tidak mengalami luka parah, namun teman
ayah mengalami patah tulang di kedua kakinya. Ibu menangis dan terpukul. Aku
memeluk ibuku dan menenangkannya.
Pagi hari Ibu pergi ke Rumah sakit tempat teman ayah
dirawat. Aku tidak marah saat ayah mengatakan uang tabungan akan digunakan
untuk membiayai temannya. Tentu saja aku tidak mau egois, urusan untuk
melanjutkan sekolah akan ku pikirkan belakangan yang penting masalah ini
selesai dulu.
Hari-hari liburan aku menganggur, aku masih belum berniat
mencari pekerjaan. Aku tidak ingin larut dalam kesedihan. Beruntung temanku
mengajakku untuk mengajar TPA, daripada aku melamun diam saja dirumah mending
aku terima aja. Jadwal ku makin padat setelah pengumuman kelulusan. Mulai dari hari
Selasa,Kamis,Sabtu dan minggu mengajar anak-anak, Senin dan Rabu mengajar
ibu-ibu, hari Jumát mengadakan kajian bersama. Ku lihat ibu-ibu yang semangat
45 ingin bisa membaca Al-Qurán. Aku melihat semangat mereka. Aku tidak mau
kalah dengan mereka yang sudah setua ini masih mau belajar.
Aku mendengar arti sebuah surat yang artinya “Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukanmu”(Q.S. Muhammad : 7), yang sedang di kaji oleh
teman-teman TPA. Ku hayati setiap penjelasan yang disampaikan mereka. Entah apa
yang ku rasakan. Ku rasakan ada semangat yang ingin keluar dari tubuhku.
Dulu aku telah mendaftarkan diriku mengikuti SNMPTN agar
mendapat beasiswa, yah.. tentu saja aku tak mau merepotkan kedua orang tua ku
karena masih harus menyekolahkan adikku. Aku telah membicarakan dengan kedua
orang tua ku dan mereka pun mengijinkan dan mendoákan yang terbaik unutkku.
Pengumuan pun tiba, aku selalu berdoá kepada Allah agar memberikan
yang terbaik untuk diriku. Ku buka laman web pengumuman, dan bertuliskan
loading….. “Haduh,, lama sekali”gerutuku dalam hati. Aku yakin pasti banyak
yang sedang membuka laman web ini untuk mengetahui apakah mereka diterima atau
tidak.
Beberapa saat aku menunggu akhirnya terbuka juga, dan
ternyata bertuliskan “TIDAK DITERIMA”, kecewa pasti. Tapi mau gimana lagi ini
mungkin yang terbaik untuk diriku.Aku pulang ke rumah dan memberitahu kedua
orang tuaku. “Sudahlah, mungkin belum rejeki,”kata ibuku.
“Daftar yang setelahnya bisa kan nak?”kata Ayahku. “Bisa
ayah, tapi jika dihitung-hitung untuk biaya kuliahnya, kosnya, belum lagi uang
saku, pasti banyak yah”kataku. “Nak, “ayah menatapku dengan serius, “Sekarang
ayah tanya pada mu, jawab jujur. Kamu benar-benar ingin kuliah?””Tentu saja”
jawabku. “Jika kamu memang ingin kuliah untuk mencari ilmu dan
bersungguh-sungguh ayah akan mencarikan biayanya. Tapi, jika kamu kuliah hanya
untuk gaya-gayaan mendingan gag usah!”kata ayah dengan tatapan serius. Aku
termenung. Aku tidak ingin mengecewakan Ayah. Äku serius ayah, akan belajar
dengan sungguh-sungguh”kataku. Ayah tersenyum.
Pagi hari ayah menyuruhku untuk mendaftar ke salah satu
Universitas yang tidak jauh dari rumahku. “Lalu bagaimana dengan biayanya
ayah?”, tanyaku pada ayah. “Pasti ada jalan,” kata Ayah dengan yakin. Sore
harinya ayah berangkat kerja, beliau kerja sebagai buruh. Yang dalam satu
minggu belum tentu bisa pulang.
Disaat malam hari aku resah, aku tidak dapat tidur. Ku ambil
air wudlu dan mulai melaksanakan sholat. Apa yang harus ku lakukan Tuhan.
Apakah aku harus bekerja? Jika harus bekerja, kemana aku mendaftar? Atau aku
mendaftar ke Universitas lain?Lalu bagaimana dengan biaya kuliahnya? Tuhan
hanya kepada-Mu aku memohon petunjuk dan berikan jalan-Mu. Aamiin.
Saat ayah bekerja aku
belum juga mendaftarkan diri ke Universitas tersebut. Ayah mengirim SMS
kepadaku agar segera mendaftar ke Universitas yang telah ayah rekomendasikan
padaku. “Tapi ayah, hari ini aku sedang tidak enak badan, besuk saja. Lagipula
uang yang ayah titipkan kurang untuk mendaftar, besuk saja ya yah, nunggu ayah
pulang.”kataku.
“Memang berapa kekurangannya? Bilang kepada ibu agar menjual
ayam jago yang ada di kandang. Kalo 100 ribu pasti juga laku. Besuk ayah pulang
kamu harus sudah mendaftar”isi pesan dari ayah. Aku bilang kepada ibu dan ibu
menjual ayam jago itu lalu memberikan uangnya kepadaku untuk mendaftar ke
Universitas tersebut .
Keesokan harinya aku mendaftar sendirian dengan keadaan
tubuh yang memang lemas karena masih sakit. “Ya Allah, jika memang ini jalanku,
tolong permudahkanlah”doáku selama dalam perjalanan. Aku mulai mendaftar dari
mulai mengisi formulir. “Kamu mendaftar sendirian?”tanya petugas kepadaku. Ïya”
jawabku. Petugas itu menyuruhku membawa formulir pulang agar dimintakan tanda
tangan orang tua. Akhirnya aku diterima dan menjalani kuliah dengan lancar.
Aku percaya Allah bersama kita dan akan mempermudahkan jalan
yang memang baik untuk kita.