Namaku Raisa Azalia
Putri, aku biasa dipanggil Raisa. Sejak kecil aku berbeda dengan teman-temanku,
tak pernah mendapat perhatian lebih dari kedua orangtuaku. Terutama ayahku.
Saat yang lain mendapat juara, orang tua mereka selalu memberikan hadiah kepada
mereka sebagai bentuk perasaan bangga karena anaknya mendapat juara. Aku memang
terlahir dari keluarga yang pas-pasan, tapi bukan hadiah yang aku inginkan. Aku
hanya ingin merasakan bagaimana rasanya membuat kedua orang tua ku bangga
terhadapku.
Suatu hari, aku mencoba
bertanya kepada kedua orang tuaku tentang keputusan setelah SMP apakah aku
harus memilih SMA atau SMK. Malam itu cuaca sangat cerah, setelah sholat Isya’,
aku pergi ke ruang keluarga. Ku lihat ayah dan ibu sedang duduk dengan serius,
ntah apa yang mereka bicarakan.
“Ayah, Ibu,..”
sepertinya ucapanku membuat mereka kaget.
“Ada apa?” Tanya ayah
kepadaku. Aku takut sekali dengan ayah. Apalagi jika membuatnya marah.
“Ayah, setelah Raisa
lulus apakah Raisa akan masuk SMA atau
SMK?”
Dengan dingin ayah
menjawab, “Itu terserah kepadamu apakah kamu ingin masuk SMA atau SMK. Kamu
yang menentukan, kamu itu sudah dewasa jadi tahu apa yang kamu inginkan.” Ayah
berlalu masuk ke kamar meninggalkan aku dan ibu diruang keluarga.
Aku termenung. Ini
keputusan yang sangat berat. “sudah jangan sedih seperti itu. Benar kata
ayahmu, kamu sudah dewasa bisa menentukan pilihan mu sendiri. Tapi berjanjilah
kepada ibu kamu harus konsisten dan belajar sungguh-sungguh. Pikirkan baik-baik
keputusanmu.” Ucap ibu.
“Sudah malam, waktunya
kamu istirahat.”
“Baik bu,” Ibu masuk ke kamar. Aku termenung dan
berjalan ke teras depan. Ku lihat ke langit, bintang-bintang terlihat indah
malam ini.
“Hmmm, ini keputusan
yang sulit. Aku ingin ke SMA karena memang cita-citaku menjadi seorang dokter.
Tapi aku juga kasihan dengan kedua orangtua ku. Apa sebaiknya aku masuk ke SMK
saja? Kerja dulu baru kuliah lagi?” Batinku dalam hati.
Kulihat hari mulai
larut, aku beranjak ke kamar untuk tidur. Aku berharap dapat membahagiakan
kedua orangtuaku.
**^^**
Hari ini adalah hari
pengumuman kelulusan. Memang sih nilai untuk hari ini belum keluar. Tapi
setidaknya aku sudah tahu apakah aku lulus atau tidak. Sekolah ku memang
berbeda dengan SMP-SMP yang lain. Karena nilai akan diumumkan keesokan hari
setelah mengetahui lulus atau tidak. Hal ini yang membuat aku menjadi
deg-degan. Karena jika nilaiku bagus aku akan dipanggil naik ke atas panggung
untuk menerima beasiswa. Bukan hanya itu pengumuman tersebut disaksikan oleh
seluruh siswa dan orang tua wali.
Ku lihat papan
pengumuman, yah.. aku sudah tahu bahwa aku lulus. Aku berlalu begitu saja,
setidaknya aku sudah tahu bahwa aku lulus.
“Raisa….” Seorang gadis
cantik berlari menghampiriku. Saat tiba dihadapanku dikembangkan senyum
lebarnya dan aku dipeluknya. “Aku lulus,,” bisiknya kepadaku.
“Selamat ya Ren,
akhirnya kamu lulus juga”
Dia melepaskan
pelukannya sambil melotot kepadaku “Apa maksudmu akhirnya lulus juga?” dengan
wajah khasnya saat dia sedang marah, ingin rasanya aku mencubit pipi sahabatku
ini.
“iya, iya maaf, seneng
aja sahabatku lulus juga. Nggak nyangka aja Reni yang biasanya minjem PR ku
setiap hari akhirnya bisa lulus.” Sambil tersenyum dia menangis.
“Ah, Raisa,, kamu kok
ngomongnya gitu,,” Air matanya mulai tak dapat terbendung.
“Ih,, Reni kok kamu
nangis kenapa?”, kulihat ada sesuatu yang akan Reni ungkapkan kepadaku.
“Setelah hari ini
mungkin aku tidak akan lagi mengganggumu. Tidak akan lagi mencontek PR mu,”
“Iya benar, kamu harus
belajar yang rajin. Tapi kalau kamu butuh bantuan mengerjakan PR kita bisa
belajar bersama”
“Kamu nggak reti Raisa,
“ dia menangis dan memelukku kembali. Dia berkata, “Aku akan pindah Raisa. Aku
akan ke Amerika.”
“Kapan kamu akan
pergi?Bisakah kita pergi bermain bersama dulu sebelum kau pergi?”
“Aku akan pergi hari
ini. Nanti setelah pulang sekolah aku akan langsung ke bandara. Aku telah
berkemas sejak tadi malam. Ayah besok yang akan mengambilkan nilai dan
ijazahku.”
Aku tak dapat menahan
tangis, ku peluk erat sahabatku untuk yang terakhir kalinya sebelum dia pindah.
Dia melepaskan
pelukannya, dia tersenyum. “Kita kan bisa ketemu lain kali, aku kan Cuma pindah
ke Amerika. Kita masih bisa berhubungan lewat media sosial” Dia tersenyum lebar
dan berkata, “Aku pulang dulu ya, jaga diri baik-baik Raisa. Selamat tinggal.”
Dia berlari dan melambaikan tangannya,, “Sampai jumpa” ucapnya.
Aku tahu betul Reni,
dia memang seperti itu. Tak pernah bisa mengatakan selamat tinggal.
**^^**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar